Rabu, 21 Januari 2009

PROBLEMATIKA OBJEK DAN PELENGKAP

PROBLEMATIKA SEPUTAR KALIMAT BEROBJEK DAN BERPELENGKAP
DALAM BAHASA INDONESIA


BAB I PENDAHULUAN

Sebuah kalimat terdiri atas beberapa unsur. Unsur-unsur kalimat tersebut berdasarkan tatabahasa Baku Indonesia (Hasan Alwi, dkk. 2003: 326-332) terdiri atas fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri, kecuali dalam kalimat inversi (susun balik), di mana predikat mendahului atau terletak di sebelah kiri subjek. Namun, frekuensi pemakaian kalimat inversi dalam bahasa Indonesia sangat jarang.
Subjek merupakan konstituen sintaksis terpenting setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nomina, atau kalusa. Contoh Adik mengerjakan PR ; Anak itu belum makan; Yang tidak ikut upacara akan ditindak. Pada umumnya, subjek terletak sebelum predikat.
Untuk membedakan predikat dan subjek mungkin sudah tidak ada masalah. Namun, kita sering mengalami kesulitan untuk membedakan antara objek dan pelengkap karena letak objek dan pelengkap berada di sebelah kanan predikat atau setelah predikat. Jika dalam kalimat dwitransitif perbedaan objek dan pelengkap masih dapat kita lihat dengan jelas, misalnya dalam kalimat Ibu membelikan adik baju baru. Unsur kalimat yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat tersebut adalah adik, sedangkan unsur yang berfungsi sebagai pelengkap adalah baju baru. Hal ini mengacu ketentuan dalam tatabahasa baku, bahwa objek dalam kalimat aktif jika dipasifkan akan menjadi subjek, sedangkan pelengkap tidak bisa menduduki fungsi subjek.
Yang menjadi masalah adalah dalam kalimat taktransitif dan kalimat ekatransitif karena hanya terdapat satu objek dan satu pelengkap, seperti dalam kalimat (1a) Ibu mendagangkan sayur dan (1 b)Ibu berdagang sayur; Adik menangis tersedu-sedu (2a) dan Adik mengail ikan (2b). Apakah sayur ( kalimat 1a), sayur (kalimat 1b), tersedu-sedu ( kalimat 2a) ikan ( kalimat 2b) berfungsi sebagai objek atau pelengkap. Tentu saja hal ini sangat membingungkan bagi penutur bahasa yang masih awam. Untuk itu, dalam tulisan sederhana ini akan dibicarakan kalimat berobjek dan kalimat berpelengkap, agar penutur bahasa Indonesia memahami dengan jelas perbedaan antara objek dan pelengkap. Dengan demikian, penutur tidak akan ragu-ragu lagi untuk mengatakan atau menentukan bahwa unsur dalam kalimat tersebut adalah objek ataukah sebagai pelengkap.












BAB II KAJIAN TEORI

A. Predikat
Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri, dan jika ada, konstituen objek atau pelengkap, dan keterangan di sebelah kanan. Predikat biasanya berupa frase verbal atau frase adjectival. Pada kalimat berpola SP, predikat dapat pula berupa frase nominal, frase numeral, atau frase preposional, di samping frase verbal dan frase adjectival.
a. Ibunya guru Bahasa Indonesia. (P= Frase Nominal)
b. Kakaknya tiga. (P= Frase Numeral)
c. Ayah sedang ke kantor. (P= Frase Preposisi)
d. Dia sedang membaca. (P= Frase Verbal)
e. Gadis itu cantik sekali. (P=Frase Adjektiva)

B. Subjek
Subjek merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah kalimat setelah predikat. Pada umumnya, subjek berupa nomina, frase nomina, atau klausa seperti tampak pada contoh berikut
a. Anjing binatang buas. (S=Nomina)
b. Anak itu belum makan. (S=Frase nomilal)
c. Yang tidak mengerjakan PR akan dihukum. (S= Klausa)
Subjek sering juga berupa frase verbal, seperti terlihst dalam contoh kalimat berikut ini.
a. Membangun gedung bertingkat mahal sekali.
b. Berjalan kaki menyehatkan.
c. Berbahasa Jawa halus sulit sekali.
Selain dari kategori katanya, subjek bisa dikenali melalui letaknya dalam kalimat. Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat, tetapi jika unsur subjek lebih panjang dibandingkan unsur predikatnya, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat. Seperti tampak dalam contoh kalimat berikut.
(1 a) Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak. (S=di sebelah kiri P)
(1 b) Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian. (S=di sebelah kanan predikat)

C. Fungsi Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu berada langsung setelah predikat. Dengan demikian, objek bisa dikenali dengan memperhatikan (1) jenis predikat yang dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri.
Objek biasanya berupa nomina atau frase nominal. Jika objek tergolong nomina, frase nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronominal –nya, dan jika berupa pronominal aku, kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Perhatikan contoh berikut.
(1 a) Adik mengunjungi Pak Suhardi.
(1 b) Adik mengunjunginya.
(2 a) Beliau mengatakan (bahwa) Ali tidak datang.
(2 b) Beliau mengatakannya.
(3 a) Saya ingin menemui kamu/-mu.
(3 b) Ina mencintai dia/-nya.
(3 c) Ibu mengasihi aku/-ku.

D. Fungsi Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang letaknya setelah predikat. Karena letaknya setelah predikat inilah, sering orang menjadi bingung untuk menentukan apakah unsur ini merupakan objek atau pelengkap. Pada umumnya, pelengkap berwujud nomina, frase nominal, frase ferbal, frase adjectival, frase preposisional, atau klausa. Agar pemahaman terhadap pelengkap lebih jelas, berikut disajikan contoh-contak kalimat berpelengkap dengan predikat berupa verba taktransitif, dwitransitif, dan adjektiva.
1. (a) Orang itu bertubuh raksasa.
(b) Saya benci pada kebohongan.
(c) Negara ini berlandaskan hukum.
2. (a) Ayah membelikan saya mobil baru.
(b) Dia membeli rumah untuk anaknya.
(c) Kakak menuliskan surat untuk adik.
3. (a) Ibunya sakit kepala.
(b) Anak itu pandai menari.
(c) Beliau senang bermain tenis.




BAB III PEMBAHASAN

Dalam bahasa Indonesia dikenal kalimat berobjek dan kalimat berpelengkap. Dalam kalimat dwitransitif, pelengkap letaknya selalu setelah objek, misal dalam kalimat Ayah membelikan adik komputer. Adik dalam kalimat tersebut mendudukki fungsi sebagai objek, sedangkan komputer mendudukki fungsi sebagai pelengkap. Namun, dalam kalimat taktransitif dan kalimat ekatransitif , mungkin kita akan mengalami kesulitan untuk membedakan objek dan pelengkap karena letak keduanya sama-sama setelah predikat, misalnya dalam kalimat:
(1a) Ibu berdagang sayur.
(1b) Ibu mendagangkan sayur.
(2a) Anton sedang bermain bola.
(2b) Anton sedang memainkan bola.
(3a) Cacingan merupakan penyakit berbahaya.
(3b) Cacing memerlukan lahan basah.
(4a) Adik menyerupai ibu.
(4b) Ibu menanak nasi.
Dalam kalimat (1a) dan (1b) konstituen sayur letaknya sama-sama di belakang predikat, tetapi sayur dalam kalimat (1a) dan (1b) memilki fungsi yang berbeda. Konstituen sayur dalam kalimat (1a) berfungsi sebagai pelengkap, sedangkan dalam kalimat (1b) menduduki fungsi sebagai objek. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat dalam tatabahasa baku, bahwa objek dalam kalimat aktif jika diubah menjadi kalimat pasif akan menduduki fungsi subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap tidak bisa. Jika kalimat (1b) dipasifkan akan menjadi Sayur didagangkan ibu, sedangkan Ibu berdagang sayur tidak bisa dipasifkan. Dengan demikian pelengkapnya tidak bisa menduduki fungsi subjek dalam kalimat pasif.
Perbedaan lain antara objek dan pelengkap adalah objek dapat diganti dengan kata ganti –nya, sedangkan pelengkap tidak bisa. Perhatikan contoh berikut.
(1a) Ibu berdagang sayur. (Pel) Ibu berdagangnya. (Tidak berterima)
(1b) Ibu mendagangkan sayur. (O) Ibu mendagangkannya. (berterima)
(2a) Anton bermain bola.(Pel) Anton bermainnya.(tdk berterima)
(2b) Anton sedang memainkan bola.(O) Anton sedang memainkannya (berterima)
(3a) Cacingan merupakan penyakit berbahaya. (Pel) Cacingan merupakannya. (tidak berterima).
(3b) Cacing memerlukan lahan basah.(O) Cacing memerlukannya. (berterima).
(4a) Adik menagis tersedu-sedu .(Pel) Adik menangisnya. (tidak berterima)
(4b) Ibu menanak nasi.(O) Ibu mananaknya. (berterima)

Untuk lebih memperjelas persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap amati tabel di bawah ini.
Objek
Pelengkap
1. Berwujud frase nominal dan klausa
a. Adik membaca buku baru.
b. Pemerintah mengumumkan (bahwa) harga BBM akan naik. (Klausa)
1. Berwujud frase nominal, frase verbal, frase adjectival, frase preposisional, atau klausa
a. Adik berdagang barang-barang elektronika. (FN)
b. Anita belajar membaca cepat. (FV)
c. Bujangga bernyanyi keras sekali. (FA)
d. Penyanyi itu bersuara merdu sekali. (FP)
e. Ibu bercerita (bahwa) hidupnya dulu menderita. (klausa)
2. Berada langsung di belakang predikat.
a. Ayah membaca Koran.
b. Ibu sedang mengoreksi pekerjaan siswa.
c. Toni menulis surat cinta untuk kekasihnya.
2. Berada di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir.
a. Anita belajar menyanyi.
b. Ibu membelikan adik komputer.
c. Ayah berjiwa besar.
3. Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.
a. Ani melukis pemandangan alam. Pemandangan alam dilukis Ani.
b. Azka membaca Al-Quran.
Al-Quran dibaca Azka.
c. Tiara menggendong adik.
Adik digendong Tiara.
3. Tak dapat menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.
a. Adik bermain bola.
(bola tidak bisa mendudukki fungsi S)
b. Arman bertubuh raksasa. (raksasa tidak bisa mendudukki fungsi subjek)

4. Dapat diganti pronominal –nya
a. Azka menyanyikan sebuah lagu nostalgia.
Azka menyanyikannya.
b. Bujangga memperbaiki sepeda.
Bujangga memperbaikinya.
c. Pak guru menjelaskan masalah penting.
Pak Guru menjelaskannya.
4.Tak dapat diganti pronominal –nya.
a. Azka bernyanyi merdu.
Azka bernyanyinya. (tidak berterima)
c. Bujangga bermain gitar.
Bujangga bermainnya.(tidak berterima.
d. Pak Guru tersenyum bangga.
Pak guru tersenyumnya. (tidak berterima.

Dari tabel di atas jelaslah persamaan dan perbedaan objek dan pelengkap, sehingga keragu-raguan tentang fungsi objek dan pelengkap dapat dihindarkan.
BAB IV SIMPULAN
A. Simpulan
Dari uraian di depan, dapat disimpulkan bahwa objek dan pelengkap merupakan dua unsur dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan. Dengan memahami persamaan dan perbedaannya, kita tidak akan ragu-ragu lagi untuk menentukan unsur objek dan pelengkap dalam sebuah kalimat.
Unsur yang sangat penting untuk mengetahui apakah konstituen setelah predikat merupakan objek atau pelengkap adalah dengan menguji tersebut sesuai dengan kriteria atau ciri-ciri khususnya. Misalnya dengan memasifkan kalimat tersebut atau dengan mengganti unsur setelah predikat dengan pronominal –nya. Jika bisa dipasifkan atau konstituen setelah predikat dapat diganti dengan pronominal –nya, konstituen itu menduduki fungsi objek. Sebaliknya, jika kalimatnya tidak dapat dipasifkan atau konstituen setelah predikat tidak dapat diganti –nya, fungsi konstituen tersebut adalah sebagai pelengkap.
B. Saran
Agar pemahaman akan kalimat berobjek dan berpelengkap semakin mantap, hendaknya pemakai bahasa banyak membaca buku-buku tata bahasa Indonesia. Dengan memahami ilmunya, pemakai bahasa akan mudah menentukan apakah sebuah kalimat mengandung objek ataukah pelengkap.
Buku Tata Bahasa Indonesia Baku hendaknya dilengkapi dengan contoh-contoh kalimat berobjek dan berpelengkap yang memadai agar para penutur lebih mudah menemukan rujukan yang berhubungan dengan kalimat berobjek dan berpelengkap.



Buku Referensi
Abdul Chaer. 2003. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasan Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: BAlai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar