Rabu, 21 Januari 2009

PROBLEMATIKA SEKITAR REDUPLIKASI

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam berkomunikasi sehari-hari sering digunakan berbagai bentuk kata. Salah satu bentuk kata yang sering digunakan dalam kegiatan komunikasi tersebut adalah kata ulang. Kata ulang atau reduplikasi adalah proses pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya atau sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan2001:64). Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang berjalan-jalan dari bentuk berjalan. Namun, dalam kata ulang tertentu mungkin mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk dasarnya misalnya pada kata ulang bolak-balik apakah bentuk dasarnya bolak atau balik?, kata ulang gerak-gerik bentuk dasrnya garak atau gerik? Kata ulang berlari-lari berasalal dari bentuk dasar belari atau lari? Kata ulang bersalam-salaman berasal dari bentuk dasar bersalam, salaman, atau bersalaman?.
Di samping itu sering juga muncul permasalahan dalam proses pembentukan kata ulang tersebut, sebagai contoh kereta-keretaan apakah proses pembentukkannya kereta-kereta kemudian mendapat sufiks –an (kereta ► kereta-kereta ►keretaan) atau dari bentuk dasar kereta diulang dan mendapatkan bubuhan afiks –an (kereta ► kereta-keretaan).
Permasalahan lain yang muncul adalah apakah bentuk alun-alun, anai-anai, simpang-siur, biri-biri dan kata yang sejenis ini dapat dimasukkan sebagai kata ulang? Tentu saja hal ini sangat membingungkan bagi para pemakai bahasa Indonesia yang masih awam berkaitan dengan menentukan bentuk dasar, proses pengulangan, dan kata-kata yang menyerupai kata ulang dapatkah disebut kata ulang atau bukan.
Berdasarkan uraian tersebut, makalah ini akan membahas mengenai cara menentukan bentuk dasar kata ulang, proses pembentukan kata ulang, dan menentukan kata ulang dengan bentuk-bentuk yang menyerupai kata ulang.










BAB II
PEMBAHASAN

Sebelum dibahas beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kata ulang seperti yang telah diuraikan tersebut berikut akan disampaikan pengertian-pengertian tentang kata ulang, ciri-ciri kata ulang, jenis-jenis kata ulang, serta makna kata ulang
A. Beberapa pengertian reduplikasi menurut berbagai pakar kebahasaan.
Ramlan (2001:63) menyatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Sedangkan Muslich (1990:48) berpendapat bahwa proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.
Sementara itu Solichi (1996:9) menyatakan proses reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik selurunya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai definisi kata ulang tersebut dapat disimpulkan bahwa proses reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagaian, baik dengan variasi fonem maupun tidak yang menghasilkan kata baru yangdi sebut kata ulang.

B. Ciri khusus reduplikasi.
1. Selalu memiliki bentuk dasar dan bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Maksud ”dalam pemakaian bahasa” adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat dan ada dalam kenyataan berbahasa.
Contoh:
Kata Ulang
Bentuk Dasar
Mengata-ngatakan
Mengatakan, bukan mengata
Menyatu-nyatukan
Menyatukan, bukan menyatu (sebab tidak sama dengan kelas kata ulangnya)
Melari-larikan
Melarikan, bukan melari
Mempertunjuk-tunjukan
Mempertunjukkan, bukan mempertunjuk
Bergerak-gerak
Bergerak, bukan gerak (sebab kelas katanya berbeda dengan kata ulangnya)
Berdesak-desakkan
Berdesakan, bukan berdesak

2. Ada hubungan semantis atau hubungan makna antara kata ulang dengan bentuk dasar. Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya. Ciri ini sebenarnya untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan.
Contoh:
§ Bentuk alun bukan merupakan bentuk dasar dari kata alun-alun.
§ Bentuk undang bukan merupakan bentuk dasar dari kata undang-undang.
3. Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja. Lebih jelasnya, jenis kata kata ulang, sama dengan bentuk dasarnya.
Contoh:
Kata Ulang
Bentuk Dasar
Gedung-gedung (kata benda)
Gedung (kata benda)
Sayur-sayuran (kata benda)
Sayur (kata benda)
Membaca-baca (kata kerja)
Membaca (kata kerja)
Berlari-lari (kata kerja)
Berlari (kata kerja)
Pelan-pelan (kata sifat)
Pelan (kata sifat)
Besar-besar (kata sifat)
Besar (kata sifat)
Tiga-tiga (kata bilangan)
Tiga (kata bilangan)
Namun demikian, ada juga pengulangan yang mengubah golongan kata, ialah pengulangan dengan se-nya, misalnya:
Tinggi ► setinggi-tingginya
Luas ► seluas-luasnya
Cepat ► secepat-cepatnya
Kata-kata setinggi-tingginya, seluas-luasnya, dan secepat-cepatnya termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan dalam suatu klausa, sedangkan bentuk dasarnya, ialah tinggi, luas, dan cepat termasuk golongan kata sifat.
C. Ciri umum kata ulang sebagai proses pembentukan kata.
1. Menimbulkan makna gramatis.
2. Terdiri lebih dari satu morfem (Polimorfemis).
D. Jenis-jenis Kata Ulang
a. Kata ulang utuh, adalah kata ulang yang diulang secara utuh.
Contoh: gedung + { R } = gedung-gedung.
b. Kata ulang sebagian, adalah kata ulang yang pada proses pengulangannya hanya sebagian dari bentuk dasar saja yang diulang.
Contoh: berjalan + { R } = berjalan-jalan
c. Kata ulang berimbuhan, adalah kata ulang yang mendapatkan imbuhan atau kata ulang yang telah diberi afiks. Baik itu prefiks, infiks maupun sufiks.
Contoh: mobil + { R } = mobil-mobil + an = mobil-mobilan.
d. Kata ulang dengan perubahan fonem,
Contoh: sayur + { R } = sayur-mayur
Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur, lauk-pauk
D. Makna Kata Ulang
Makna kata ulang antara lain sebagai berikut.
1. Kata ulang yang menyatakan banyak tidak menentu
- Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
2. Kata ulang yang menyatakan sangat
- Anak kelas 3 ipa 1 orangnya malas-malas dan sangat tidak kooperatif.
3. Kata ulang yang menyatakan paling
- Setinggi-tingginya Joni naik pohon, pasti dia akan turun juga.
4. Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan
- Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Jamil tadi pagi.
5. Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan
- Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa.
6. Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin
- Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan kedinginan juga.
7. Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa
- Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.
8. Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab
- Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
9. Kata ulang yang menyatakan terus-menerus
- Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Bram dapat termaafkan.
10. Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti)
- Kepala adik pusing-pusing.
11. Kata ulang yang menyatakan beberapa
- Mas parto berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?
12. Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak
- Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya.
E. Cara Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang

Kata Ulang
Bentuk Dasar
berjalan-jalan
Berjalan (bukan jalan), karena merupakan kata ulang sebagian dan berjalan berjenis kata kerja
tumbuh-tumbuhan
Tumbuhan (bukan tumbuh), karena tumbuhan kata benda sedangkan tumbuh kata kerja(kata ulang tidak mengubah kelas kata)
berpandan-pandangan
Berpandangan (bukan pandangan), karena berpandangan merupakan kata kerja, sedangkan pandangan kata benda, berpandang tidak dijumpai dalam tuturan.
Gerak-gerik
Gerak (bukan gerik), karena tidak ada bentuk gerik berdiri sendiri. Selain itu ada bentuk bergerak, gerakan, tetapi tidak ada bentuk bergerik, gerikan
Bolak-balik
Balik (bukan balik), karena ada bentuk berbalik, membalikkan, tetapi tidak ada bentuk berbolak atau membolakkan
Robak-rabik
Robek (bukan robak atau rabik0 karena ada bentuk dirobek, robekan, merobek, tetapi tidak ada bentuk merobak, dirobak, merabik, dirabik
Lauk-pauk
Lauk (bukan pauk), karena tidak dijumpai dalam tuturan
Ramah-tamah
Ramah (bukan tamah), karena tidak dijumpai dalam tuturan


E. Cara Menentukan Proses Kata Ulang
Pada kata ulang tertentu sering dijumpai adanya kesulitan dalam menentukan proses pengulangannya seperti telah diuraikan di depan. Berikut akan diuraikan mengenai proses pengulangan kata yang yang sering menimbulkan permasalahan, di antarnya:
Pengulangan bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta menyatakan makna ’banyak’, sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna ’banyak’. Yang ada makna ’sesuatu yang menyerupai bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu-satunya kemungkinan ialah kata kereta-keretaan terbentuk dari bentuk dasar kereta yang diulang dan mendapat afiks –an. Namun, Menurut Ramlan, proses tersebut dinilai tidak mungkin jika dilihat dari faktor makna. Contoh kata ulang yang lain sebagai berikut:
mobil → mobil-mobilan
gunung → gunung-gunungan
orang → orang-orangan
anak → anak-anakan
kereta → kereta-keretaan

Demikian juga kata-kata kehitam-hitaman, keputih-putihan, kemerah-merahan, sejelek-jeleknya, setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, dan sebagainya, juga terbentuk dengan cara yang sama sebagaimana cara di atas, yaitu dengan pengulangan dan pembubuhan afiks pada bentuk dasarnya:
hitam → kehitam-hitaman
putih → keputih-putihan
merah → kemerah-merahan
jelek → sejelek-jeleknya
tinggi → setinggi-tingginya
dalam → sedalam-dalamnya
Proses pembentukan kata ulang berimbuhan seperti ini, sebenarnya sama dengan kereta menjadi kereta-kereta dan ditambahui imbuhan -an. Hanya saja, bentuk kereta-keretaan tidak berasal dari kereta-kereta yang diberi imbuhan -an, karena secara makna keduanya tidak ada kesamaan.

F. Bentuk-bentuk yang menyerupai Kata Ulang
Ada beberapa bentuk yang sering dianggap sebagai kata ulang, tetapi sebenarnya bentuk-bentuk tersebut oleh beberapa pakar bahasa tidak disebut sebagai kata ulang atau ada pakar bahasa yang mengelompokkan sebagai kata ulang semu. Kata-kata tersebut antara lain:
mondar-mandir
compang-camping
kocar-kacir
kupu-kupu
gado-gado
onde-onde
Bentuk-bentuk tersebut tidak pernah dijumpai berdiri sendiri dalam tuturan, misalnya onde, kupu, gado, mondar, camping. Dengan demikian kata tersebut merupakan bentuk dasar. Lebih lanjut Soedjito hanya mengelompokkan bentuk- bentuk seperti kupu-kupu, onde-onde, dan gado-gado saja dalam kata ulang semu. Sedangkan mondar-mandir, compang-camping, dan kocar-kacir, dikelompokkannya dalam bentuk kata ulang berubah bunyi, hanya saja bentuk dasarnya tidak diketahui.
Sementara itu, sering juga dijumpai bentuk simpang-siur, sunyi-senyap, beras-petas yang sementara ini oleh orang awam dianggap sebagai kata ulang, ternyata juga bukan merupakan kata ulang. Berkaitan dengan masalah ini, Ramlan (2001:76), menjelaskan bahwa bila bentuk tersebut dianggap sebagai kata ulang, berarti bahwa siur perubahan dari simpang, senyap perubahan dari sunyi, dan petas dari beras. Mungkinkah siur dari simpang, senyap dari sunyi, dan petas dari beras? Secara deskripsi tentu hal ini tidak mungkin. Perubahnnya sangat sukar dijelaskan. Kata-kata tersebut, kiranya lebih tepat dimasukkan dalam golongan kata majemuk yang salah satu morfemnya berupa morfem unik.












BAB III
PENUTUP
Reduplikasi merupakan salah satu cara untuk membentuk kata dalam bahasa Indonesia, selain afiksasi dan komponisasi. Proses reduplikasi dapat berlangsung apabila ada kata yang menjadi dasar ulangannya. Jadi, yang menjadi dasar ulangan harus kata. Jika dasar ulang tersebut telah mengalami reduplikasi, terbentuklah kata yang disebut kata ulang.
Permasalahan yang muncul dalam proses reduplikasi antara lain mengenai penentuan bentuk dasar kata ulang tertentu, proses reduplikasi pada kata ulang tertentu , dan bentuk-bentuk yang menyerupai reduplikasi apakah dapat digolongkan ke dalam bentuk reduplikai atau tidak. Permasalahan-permasalahan itu kiranya dapat diatasi dengan membaca beberapa tulisan yang membahas reduplikasi. Selain itu, permasalah seputar reduplikasi bisa juga diatasi dengan cara mengikuti diskusi ilmiah yang membahas mengenai masalah-masalah kebahasaan pada umumnya dan lebih khusus lagi yang terfokus pada masalah reduplikasi.
Demi menghindari adanya kesalahan atau kerancuan dalam berbahasa, disarankan bagi pengguna bahasa untuk menggunakan tata cara yang umum dan banyak digunakan oleh masyarakat. Namun, para pengguna bahasa juga harus mengoreksi lagi, apa tata cara tersebut sesuai dengan stadar dan tata cara yang telah disepakati dalam konferensi. Pemakaian bahasa yang umum belum tentu benar, justru karena pemakaiannya yang telah menyeluruh itu kesalahannya jadi tidak tampak.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Muslich, Masnur. 1990. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tata Bahasa Deskriptif. Malang: YA 3 Malang.
Ramlan. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Solichi, Mansur. 1996. Hand-Out Morfologi. Malang: IKIP Malang.
Soedjito. 1995. Morfologi Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar